Perilaku Kepemimpinan Pendidikan Islam

PERILAKU KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM

ahmad badrus soleh.

 

  1. Latar Belakang

Islam memandang bahwa kepemimpinan harus dipegang oleh sosok yang mampu dan dapat menempatkan diri sebagai pembawa obor kebenaran dengan memberi contoh teladan yang baik, karena dia Uswatun Hasanah.[1] Dalam asas dan prinsip ajaran Islam; Pemimpin adalah hamba Allah, membebaskan manusia dari ketergantungan kepada siapa pun, melahirkan konsep kebersamaan antar manusia, menyentuh aspek hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan alam sekitar, membenarkan seseorang taat kepada pemimpin selama tidak bermaksiat dan melanggar aturan Allah, mengajarkan bahwa kehidupan dunia adalah bagian dari perjalanan akhirat, memandang kekuasaan dan kepemimpinan adalah  bagian integral ibadah. Kepemimpinan merupakan tanggung beban dan tanggung jawab, bukan kemuliaan. Kepemimpinan membutuhkan keteladanan dan wujud, bukan kata dan retorika, serta senantiasa bertutur santun, sekalipun itu perkataan Nabi Musa kepada Fir’aun yang jahat.[2]

     Dari situ, maka dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin itu dilihat dari perilakunya. Bagaimana cara seorang pemimpin itu memimpin bawahannya dan bagaimana seorang pemimpin memerintah dan menjalankan perannya agar yang dipimpinnya berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam yang berlandaskan Al Qur’an dan Hadits, terlebih lagi jika itu dalam dunia pendidikan islam.
Bob Baffert says Kentucky Derby winner Medina Spirit was treated with ointment containing steroid hab pharma anabolic life (2017) – imdb
     Maka dari itu, untuk menjelaskan lebih lanjut tentang perihal tersebut, penulis menyusun sebuah makalah yang berjudul “Perilaku Kepemimpinan Pendidikan Islam ” yang penulis kumpulkan dari berbagai sumber.

 

 

  1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang Penulis kemukakan di atas, maka rumusan masalah yang penulis kemukakan adalah:

  1. Pengertian perilaku kepemimpinan
  2. Pengertian pendidikan islam
  3. Bagaimana perilaku kepemimpinan dalam pendidikan islam
  1. Tujuan Penulisan
    1. Untuk mengetahui perilaku kepemimpinan
    2. Untuk mengetahui pendidikan islam
    3. Untuk mengetahui bagaimana perilaku kepemimpinan dalam pendidikan islam

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. Pengertian Perilaku Pemimpin
    1. Pengertian Perilaku
      • Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dari gerak (sikap) tidak hanya dari badan ataupun ucapan[3].
      • Soekidjo Notoatmodjo, 1987 : segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup.
      • Robert Y. Kwick , 1972 : tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.
      • Ensiklopedi Amerika : suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula.
      • Skinner : respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Teori Skinner  disebut teori “S-O-R” ( Stimulus – Organisme – Respon). , perilaku dibedakan menjadi dua :
  • Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

  • Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.[4]

  1. Perilaku Pemimpin

Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing sesuatu kelompok sedemikian rupa, sehingga tercapailah tujuan dari kelompok itu.[5]Sudarwan Danim sendiri mendefinisikan kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.[6]

Al-Qur’an banyak membahas masalah kehidupan salah satunya adalah kepemimpinan. Di dalam Al-Qur’an kepemimpinan diungkapkan dengan berabagai macam istilah antara lain khalifah, Imam, Uli al-Amri, dan masih banyak lagi yang lainnya.

  1. Khalifah

Dalam Al-Qur’an kata yang berasal dari خلف ini ternyata disebut sebanyak 127 kali,dalam 12 kata kejadian. Maknanya berkisar diantara kata kerja menggantikan, meninggalkan,atau kata benda pengganti atau pewaris, tetapi ada juga yang artinya telah “menyimpang”seperti berselisih, menyalahi janji, atau beraneka ragam.[7]Sedangkan dari perkataan khalfyang artinya suksesi, pergantian atau generasi penerus, wakil, pengganti, penguasa – yangterulang sebanyak 22 kali dalam Al-Qur’an – lahir kata khilafah. Kata ini menurut keterangan Ensiklopedi Islam, adalah istilah yang muncul dalam sejarah pemerintahan Islam sebagai institusi politik Islam, yang bersinonim dengan kata imamah yang berarti kepemimpinan.[8]

Adapun ayat-ayat yang menunjukkan istilah khalifah, antara lain:

øŒÎ)ur tA$s% š•/u‘ Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ’ÎoTÎ) ×@Ïã%y` ’Îû ÇÚö‘F{$# Zpxÿ‹Î=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ߉šøÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡o„ur uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ωôJpt¿2 â¨Ïd‰s)çRur y7s9 ( tA$s% þ’ÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ  

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30).[9]

  1. Imam

Dalam Al-Qur’an kata imam di terulang sebanyak 7 kali atau kata aimmah terulang 5kali. Kata imam dalam Al-Qur’an mempunyai beberapa arti yaitu, Nabi, pedoman,kitab/buku/teks, jalan lurus, dan pemimpin.[10]

tûïÏ%©!$#ur šcqä9qà)tƒ $oY­/u‘ ó=yd $oYs9 ô`ÏB $uZÅ_ºurø—r& $oYÏG»­ƒÍh‘èŒur no§è% &úãüôãr& $oYù=yèô_$#ur šúüÉ)­FßJù=Ï9 $·B$tBÎ) ÇÐÍÈ  

Artinya: Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS al-Furqoon: 74).[11]

 

  1. Ulil Amri

Istilah Ulu al-Amri oleh ahli Al-Qur’an, Nazwar Syamsu, diterjemahkan sebagai functionaries, orang yang mengemban tugas, atau diserahi menjalankan fungsi tertentu dalam suatu organisasi.[12]

Hal yang menarik memahami uli al-Amri ini adalah keragaman pengertian yang terkandung dalam kata amr. Istilah yang mempunyai akar kata yang sama dengan amr yang berinduk kepada kata a-m-r, dalam Al-Qur’an berulang sebanyak 257 kali. Sedang kata amr sendiri disebut sebanyak 176 kali dengan berbagai arti, menurut konteks ayatnya.[13]Kata amr bisa diterjemahkan dengan perintah (sebagai perintah Tuhan), urusan (manusia atau Tuhan), perkara, sesuatu, keputusan (oleh Tuhan atau manusia), kepastian (yang ditentukan oleh Tuhan), bahkan juga bisa diartikan sebagai tugas, misi, kewajiban dan kepemimpinan.[14]

Berbeda dengan ayat-ayat yang menunjukkan istilah amr, ayat-ayat yang yang menunjukkan istilah uli-al-Amri dalam Al-Qur’an hanya disebut 2 kali.

$pkš‰r’¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãè‹ÏÛr& ©!$# (#qãè‹ÏÛr&ur tAqߙ§9$# ’Í<‘ré&ur ͐öDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt“»uZs? ’Îû &äóÓx« çnr–Šãsù ’n<Î) «!$# ÉAqߙ§9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöqu‹ø9$#ur ̍ÅzFy$# 4 y7Ï9ºsŒ ׎öyz ß`|¡ômr&ur ¸xƒÍrù’s? ÇÎÒÈ  

 

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa’: 59).[15]

Islam sebagai agama universal sangat kaya akan pesan menjadi umat yang terbaik, untuk menjadi khalifah, yang mengatur dengan baik bumi dan isinya. Pesan pesan itu sangat mendorong kepada sitiap orang muslim untuk berbuat dan bekerja secara profisional. Nabi Muhamad SAW telah mengajarkan akhlak Islam kepada semua umatnya untuk dijadikan landasan bagi pengembangan profisionalisme seorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya dan hal ini dapat dilihat pada pengertian sifat sifat akhlak Nabi SAW[16]:

  1. Sifat Kejujuran
  2. Sifat Tangung Jawab
  3. Sifat Komunikatif
  4. Sikap Cerdas
  5. Berfikir Positif Dan Bersikap Positif
  6. Memperbanyak Silaturahmi
  7. Disiplin Waktu Dan Menepati Janji
  8. Bertindak Efektif Dan Efisien
  9. Memberikan Upah Secara Cepat Dan Tepat.

Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of leadership) ini didasari pada keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan atau dapat dibentuk, bukan dilahirkan (leader aremade, not born). Berakar pada teori behaviorisme, teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan pada kualitas mental atau internal. Menurut teori ini, orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya, melalui pelatihan atau observasi.[17]

Dalam pendekatan perilaku tampak bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Alasannya sifat seseorang sukar untuk diidentifikasi. Beberapa ahli berkeyakinan bahwa perilaku dapat dipelajari, hal ini berarti orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara efektif.[18] Namun demikian, keefektifan perilaku kepemimpinan ini dipengaruhi oleh beberapa variabel. Jadi perilaku tidak mutlak menentukan keberhasilan suatu kepemimpinan.

Konsep perilaku kepemimpinan ini muncul karena menganggap bahwa konsep sifat kepemimpinan tidak mampu menghasilkan kepemimpinan yang efektif, karena sifat sulit untuk diidentifikasi. Yulk sebagaimana yang dikutip Marno dkk, menjelaskan bahwa perilakupemimpin terhadap bawahan ada 4 bentuk perilaku, yakni:

  1. Ada yang lebih menekankan pada tugas;
  2. Ada yang lebih mementingkan pada hubungan;
  3. Ada yang mementingkan kedua-duanya; dan
  4. Ada yang mengabaikan kedua-duanya.[19]
    1. Teori Kepemimpinan Berdasarkan Analisis Pendekatan Perilaku

Dalam menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan, pemimpin biasanya menampakkan perilaku kepemimpinannya dengan bermacam-macam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Usman, para peneliti telah mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yang berpijak dari perilaku kepemimpinan ini, yaitu 1) yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan 2) yang berorientasi pada bawahan atau karyawan (employee oriented)[20]

Gaya yang berorientasi pada tugas lebih memperhatikan pada penyelesaian tugas dengan pengawasan yang sangat ketat agar tugas selesai sesuai dengan keinginannya. Hubungan baik dengan bawahannya diabaikan yang penting bawahan harus bekerja keras, produktif dan tepat waktu. Sebaliknya gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan cenderung lebih mementingkan hubungan baik dengan bawahannya dan lebih memotivasi karyawannya daripada mengawasi dengan ketat. Gaya ini sangat sensitif dengan perasaan bawahannya. Jadi pada prinsipnya yang dipakai pada gaya kepemimpinan yang ini bukan otak tapi rasa yang ada dalam hati. Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti bawahannya. Penjabaran perilaku pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

  1. High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan orientasi tugas yang tinggi juga.
  2. High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang tinggi, tetapi rendah hubungan terhadap bawahan.
  3. Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan hubungan dengan bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan.
  4. Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan juga lemah.[21]

Dari keempat macam gaya kepemimpinan, kepemimpinan yang paling fatal akibatnya adalah yang keempat. Seorang pemimpin apabila memimpin dengan gaya yang keempat ini, lebih baik turun saja dari kepemimpinannya sebelum hancur organisasi yang dipimpinnya tersebut.

Dari hasil penelitian terdapat beberapa teori kepemimpinan berdasarkan perilaku yang terkenal di kalangan para peneliti. Teori tersebut antara lain studi lowa, studi ohio, studi Michigan, Rensis Likert, dan Reddin.

  1. Studi Lowa. Studi ini meneliti kesukaan terhadap 3 macam gaya kepemimpinan, yaitu gaya otoriter, gaya demokratis dan gaya laizes faire. Hasil penelitian mengatakan bahwa kebanyakan suka gaya kepemimpinan demokratis.[22]
  2. Studi Ohio. Studi ini berusaha mengembangkan angket deskripsi perilaku kepemimpinan. Peneliti merumuskan bahwa kepemimpinan itu sebagai suatu perilaku seseorang yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu, yang terdiri dari dua dimensi, yaitu struktur pembuatan inisiatif dan perhatian. Struktur pembuatan inisiatif menunjukkan pada pencapaian tugas.[23] Perhatian menunjukkan perilaku pemimpin pada hubungan dengan bawahannya. Penelitian ini menemukan empat gaya kepemimpinan sebagai berikut:
    • Perhatian rendah pembuatan inisiatif rendah.
    • Perhatian tinggi pembuatan inisiatif rendah
    • Perhatian tinggi pembuatan inisiatif tinggi
    • Perhatian rendah pembuatan inisiatif tinggi
  3. Studi Michigan. Penelitian ini mengidentifikasi dua konsep gaya kepemimpinan, yaitu berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada produksi. Pemimpin yang berorientasi pada bawahan menekankan pentingnya hubungan dengan pekerja dan menganggap setiap pekerja penting. Pemimpin yang berorientasi pada produksi menekankan pentingnya produksi dan aspek teknik-teknik kerja.[24]
  4. Empat sistem kepemimpinan dalam manajemen Likert.

Menurut Likert, pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya participatif management. Gaya ini menekankan bahwa keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan dan komunikasi. Likert merancang empat sistem kepemimpinan dalam manajemen sebagai berikut:

  • Exploitative Authoritative (Otoriter yang Memeras)

Pemimpin menentukan semua keputusan tentang seluruh kegiatan, memerintahkan agar semua bawahan melaksanakan tugas kegiatan, menentujan standar pelaksanaan tugas kegiatan, menentukan standar pelaksanaan tugas yang harus dipenuhi bawahan, memberikan ancaman dan hukuman kepada bawahan yang tidak berhasil melakukan tugas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kurang mempercayai bawahan dan tidak melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

  • Benevolent Authoritative (Otoriter yang baik)

Pemimpin menyampaikan berbagai peratuaran, tugas tugas atau perintah kepada bawahan dan pada giliranya, bawahan diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya.Dimana bawahan diberi kelongaran dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan batasan yang telah disepakati

  • Cosultative (Konsultatif)

Pemimpin menetapkan dan mengemukakan tujuan yang harus dcapai dan ketentuan ketentuan yang bersifat umum setelah berdiskusi dengan bawahan.

  • Participatif (Partisipatif).[25]

Penentuan tujuan dan pengambilan keputusan ditentukan oleh kelompok. Apabila diperlukan, pemimpin dapat mengambil keputusan setelah memperoleh saran dan pendapat bersama bawahan.

Likert menyimpulkan bahwa penerapan sistem 1 dan 2 akan menghasilkan produktivitas kerja yang rendah, sedangkan penerapan sistem 3 dan 4 akan menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi.

  1. Tiga gaya kepemimpinan menurut Reddin

Didalam tulisannya yang berjudul “What Kind Manajer”. Reddin mengemukakan tiga pola dasar kepemimpinan yaitu: berorientasi pada tugas (taks oriented), berorientasi pada hubungan kerjasama (relationship oriented), dan berorientasi pada pada hasil (effectiveness oriented). Berdasarkan tiga pola dasar tersebut, Reddin mengembangkan delapan gaya kepemimpinan yaitu: deserter, bureacrat, compromisser missionary, developer, outcart, benevolent, autocrat, compromisser, dan executive.

Dilihat dari segi efektifitasnya, tiap- tiap gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu kepemimpinan yang kurang efektif dan kepemimpinan yang efektif. Kelompok yang kurang efektif terdiri atas gaya kepemimpinan deserter, missionary, autocrat,dan compromisser. Sedangkan kelompok yang efektif mencakup gaya kepemimpinan compromisser,  developer, benevolent, dan executive.

Dari kedelapan gaya kepemimpinan sebagaiamana yang diuraikan diatas menunjukkan hasil dari kedelapan kemungkinan adanya adanya gabungan antara orientasi tugas (taks oriented ); orientasi hubungan (relationship oriented), dan orientasi hasil(effectiveness oriented). Orientasi tugas terjadi apabila pemempin menggarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi melalui perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan. Orientasi hubungan terjadi apabila pemimpin membina hubungan akrab dan saling mepercayai bawahan, menghargai ide yang disampaikan bawahan dan tengang rasa yang disampaikan bawahan. Orientasi hasil  timbul apabila pemimpin berhasil mencapai tujuan organisasinya sebagaimana telah direncanakan dan sesuai dengan kedudukan sebagai pemimpin.

  1. Jaringan Manjemen (managerial grid)

Jaringan manjamen atau managerial grid ini di kembangkan oleh Blake dan Mouton. Dalam pendekatan ini, manajer berhubungan dengan dua hal, yakni perhati pada produksi di satu pihak dan perhatian pada orang dipihak lain. Perhatian pada produksi atau tugas adalah sikap pemimpin yang menekankan pada mutu keputusan, prosedur, mutu pelayanan staf, efisiensi kerja dan jumlah pengeluaran. Perhatian pada orang adalah sikap pemimpin yang memperhatikan keterlibatan anak bbuah dalam rangka mencapai tujuan.

Menurut teori ini terdapat lima tipe kepimimpinan tipe pertama disebut impoverished leadership, middle of road, country club leadership, task leadership. Kelima tipe diatas dapat diuraiakan sebagai berikut:

  • Impoverished leadership. Ini ditandai dengan perilaku pemimpin yang menghindari berbagai macam tanggung jawab, perhatian terhadap hubungan kerja dengan bawahan kurang, pemimpin tidak mau terlibat baik terhadap hubungan bawahan maupun terhadap hasi
  • Middle of road leadership. Ini mengambarkan bahwa pemimpin memperhatikan dengan baik moral kerja bawahan dan mempertahankannya. Tingkat kepuasan bawahan maupun pencapaian hasil terpelihara dengan baik. Kelemahan tipe kepemimpinan ini adalah tidak memiliki dasar yang kuat untuk berinovasi dan berkembangnya kreativitas.
  • Country Club Leadership. Menggambarkan perilaku pemimpin yang lebih mengutamakan hubungan kerja atau kepentingan bawahan sedangkan hasil kegiatan bawahan kurang diperhatikan.
  • Task Ditandai dengan perilaku pemimpin yang sangat mengutamakan tugas dan hasil pekerjaan. Bawahan dianggap tidak penting sehingga sewaktu waktu dapat diganti. Peningkatan kemampuan baik pengetahuan maupun keterampilan dianggap tidak perlu.
  • Team Leadership. Menggambarkan perilaku pemimpin yang sangat menaruh perhatian terhadap hasil dan hubungan kerja. Perilaku tersebut mendorong timbulnya keinginan bawahan untuk berfikir dan bertindak produktif. Tipe kepemimpinan ini memberikan manfaat besar bagi organisasi dalam enam hal yaitu: (a) hasil pekerjan meningkat, (b) kegiatan hubungan antar angota kelompok makin bertambah baik, (c) kegitan kelompok makin efektif, (d) pertentangan kepentingan dan persaingan yang tidak sehat antar anggota kelompok sangat bekurang, (d) saling pengertian meningkat, dan (e) kreatifitas individu berkembang.

 

  1. Pengertian Pendidikan Islam

Sebelum melanjutkan pembahasan tentang perilaku kepemimpinan Pendidikan Islam, ada baiknya kita mengetahui pengertian pendidikan islam menurut beberapa ahli berikut. Menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra M.A Pendidikan Islam adalah “Suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran Islam yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui proses dimana individutersebut dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi sehingga mampu melaksanakan tugasnya sebagai khalifah fil ard”.[26]

Yusuf Qardhawi, mengatakan pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya.Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam keadaanaman maupunperang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengansegala kebaikan dankejahatannya, manis dan pahitnya.[27]

Hasan Langgulung mendefinisikan pendidikan Islam adalah proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya diakhirat.[28]

Sedangkan Endang Syaifuddin Anshari memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi) dan raga obyek didik dengan bahan bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.[29]

Setelah membahas tentang pengertian perilaku kepemimpinan dan pengertian pendidikan Islam, selanjutnya tentang bagaimana proses perilaku kepemimpinan di lembaga pendidikan Islam akan kita bahas pada pembahasan di bawah ini.

 

 

 

  1. Perilaku Kepemimpinan di Lembaga Pendidikan Islam

Keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya banyak ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan merupakan faktor yang paling penting dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi sekolah. Keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola kantor, mengelola sarana prasarana sekolah, membina guru, atau mengelola kegiatan sekolah lainnya banyak ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah. Apabila kepala sekolah mampu menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan anggota secara tepat, segala kegiatan yang ada dalam organisasi sekolah akan bisa terlaksana secara efektif. Sebaliknya, bila tidak bisa menggerakkan anggota secara efektif, tidak akan bisa mencapai tujuan secara optimal. Untuk memperoleh gambaran yang jelas, bagaimana peranan kepemimpinan dalam pengelolaan sekolah, maka perlu diuraikan tentang beberapa keterampilan utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.[30]

Dalam konteks yang tidak terelakkan tersebut, tantangan pembangunan pendidikan akan mencakup berbagai dimensi yang sangat luas yang meliputi dimensi sosial, budaya, ekonomi, politik pembangunan dan skala keruangan dari lokal, regional, nasional sampai internasional dalam menciptakan pemerataan dan perluasan akses pendidikan; peningkatan mutu, relevansi, kompetensi daya saing; penataan tata kelola, akuntabilitas pendidikan. Maka dari itu diperlukan suatu kepemimpinan kepala sekolah yang berorientasi jauh ke depan dalam rangka mewujudkan Konsep Sekolah Efektif.[31]

Kepala sekolah mempunyai peranan yang strategis di sekolahnya, karena kepala sekolah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan sekolah. Mengkaji kepemimpinan kepala sekolah, adalalah satu pendekatan tentang perilaku kepemimpinan yang dapat diberlakukan, yaitu bagaimana cara kepala sekolah mempengaruhi para guru yang menjadi stafnya. Kepala sekolah cenderung akan menunjukkan perilakunya kepada guru dan stafnya. Pada dasarnya ada pemimpin menunjukkan perilaku cenderung berorientasi pada tugas, sebaliknya ada pemimpin yang menunjukkan perilaku cenderung berorientasi pada hubungan manusia. Seperti yang dikemukakan oleh Grenberg dan Baron[32] bahwa perilaku kepeminpinan bisa berorientasi pada tugas dan juga bisa berorientasi pada kemanusiaan.

Perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas adalah yang lebih menaruh perhatian kepada perilaku pemimpin yang mengarah pada penyusunan rencana, penetapan pola organisasi, adanya saluran komunikasi, metode kerja, dan prosedur pencapaian tujuan yang jelas.[33] Sedangkan perilaku kepe­mimpinan yang berorientasi pada hubungan manusia adalah kepemimpinan yang menaruh perhatian dan mengarah pada hubungan kesejawatan, saling mempercayai, saling menghargai, dan hubungan yang penuh kehangatan antara pimpinan dan stafnya.

Fiedler seperti yang dikutip oleh Owens[34]pernah mengembangkan pengukuran pengukuran kepribadian yang disebut dengan Least Preferred Co-Worker (LPC). Pengukuran ini mengukur apakah seorang pemimpin memiliki perilaku yang berorientasi pada tugas atau perilaku yang berorientasi pada hu­bungan manusia. Ada beberapa karakteristik perilaku kepemimpinan yang digambarkan dalam Least Preferred Co-Worker, yaitu:

  1. Pemimpin Yang Berorientasi Pada Hubungan Manusia

Perilaku Pemimpin ini bercirikan:

a.       Menyenangkan

b.      Bersahabat

c.       Menerima

d.      Membantu

e.       Bersemangat

f.       Santai / rileks

g.      Dekat

h.      Hangat

i.        Kerja-sama

j.        Suportif/mendukung

k.      Menarik

l.        Harmonis

m.    Percaya diri

n.      Efisien

o.      Periang dan terbuka.

 

 

  1. Pemimpin Yang Berorientasi Pada Tugas

Pemimpin seperti ini bercirikan:

a.       Kurang Menyenangkan

b.       Kurang Bersahabat

c.       Menolak

d.      Membuat Kecewa

e.       Lesu

f.       Tegang

g.      Berjarak

h.      Dingin

i.        Kurang Kerja-Sama

j.        Bertentangan

k.      Membosankan

l.        Suka Bertengkar

m.    Ragu-Ragu

n.      Kurang Efisien

o.      Murung

p.      Tertutup.[35]

Merujuk pada pendapat-pendapat diatas, komponen-komponen perilaku kepemimpinan terdiri dari dua komponen pokok yaitu perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan manusia. Perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas meliputi: (1) menjelaskan sikap pada bawahan, (2) mencoba ide-ide baru pada bawahan, (3) menetapkan peraturan, (4) mengkritik pekerjaan bawahan, (5) me-ngambil keputusan tanpa kompromi, (6) memberikan tugas tambahan, (7) merencanakan pekerjaan, (8) menciptakan standar tertentu pada bawahan, (9) menetapkan ketentuan waktu, (10) menggunakan prosedur kerja yang seragam, (11) menjelaskan perenannya, (12) mengikuti peraturannya, (13) mengikuti peraturan yang telah dibakukan, (14) mcmberitahukan harapan kepada bawahan, dan (15) mengawasi bawahan.[36]

Perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada bubungan manusia meliputi: (1) menyenangkan bawahan, (2) mudah dipahami, (3) menunjukkan persahabatan, (4) mendengarkan pendapat bawahan, (5) bersikap terbuka, (6) mengupayakan kesejahteraan bawahan, (7) menjelaskan latar belakang tindakannya, (8) senang bermusyawarah, (9) menerima ide-ide bawahan, (10) memperlakukan ba­wahan setara dengan dirinya, (11) ramah kepada bawahan, (12) menentramkan bawahan, dan (13) mewujudkan saran bawahan.[37]

Dengan demikian perilaku kepemimpinan ialah kecenderungan yang menekankan pada tindakan kepala sekolah yang diprakasai oleh guru dalam hubungan pribadi dan hubungan formal. Hal inilah yang merupakan tolak ukur untuk mengetahui perilaku kepala sekolah yang digali dari guru melalui kuesioner yang diisi oleh guru, siswa hingga karyawan yang ada di lingkungan sekolah.

  1. Penerapan teori Perilaku Kepemimpinan dalam pendidikan Islam.

Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan gaya yang dapat mewujudkan sasarannya, misalnya dengan mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang efektif, memotivasi bawahannya, melaksanakan kontrol dan seterusnya.[38] Kepemimpinan yang efektif merupakan kepemimpinan yang mampu menggerakkan pengikutnya untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan bersama. Hasil kajian terhadap beberapa referensi menemukan 6 karakteristik kepemimpinan yang baik. Keenam karakter tersebut antara lain:

  1. Pemahaman otentitas sejarah keberadaan organisasi.
  2. Memahami otentitas sumber-sumber organisasi.
  3. Memahami otentitas struktur organisasi.
  4. Memahami otentitas kekuatan organisasi.
  5. Memahami otentitas misi organisasi.
  6. Memahami otentitas makna organisasi.[39]

Hodge mengatakan, sebagaimana yang dikutip Danim, ciri atau karakteristik seorang pemimpin yang efektif dikelompokkan menjadi dua sifat penting, yaitu mempunyai visi dan bekerja dari sudut efektifitas mereka.[40]

Berikut ini adalah perincian pendapat Hodge tentang sepuluh karakteristik pemimpin yang efektif.

  1. Memiliki misi.
  2. Pemimpin yang efektif fokus untuk mencapai tujuan-tujuan yang akan membuat misi menjadi kenyataan.
  3. Pemimpin yang efektif memenangi dukungan untuk visinya dengan memanfaatkan gaya dan aktivitas yang paling cocok untuk mereka sebagai individu.
  4. Pemimpin yang efektif secara alami lebih terfokus untuk menjadi daripada melakukannya.
  5. Pemimpin yang efektif secara alami tahu bagaimana mereka bekerja paling efisien dan efektif.
  6. Pemimpin yang efektif secara alami tahu bagaimana memanfaatkan kekuatan mereka untuk mencapai tujuan.
  7. Pemimpin yang efektif tidak mencoba menjadi orang lain.
  8. Pemimpin yang efektif secara alami mencari orang-orang dengan berbagai ciri efektifitas alam.
  9. Pemimpin yang efektif menarik orang lain.
  10. Pemimpin yang efektif terus mengembangkan kekuatan dalam rangka memenuhi kebutuhan baru dan mencapai tujuan yang baru. [41]

Dalam upaya menuju kepemimpinan pendidikan Islam yang efektif, setidaknya para pemimpin harus dilatih sesuai dengan corak pendekatan perilaku.

Nabi Muhamad SAW telah mengajarkan akhlak Islam kepada semua umatnya untuk dijadikan landasan bagi pengembangan profesionalisme seorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya. Dan hal ini dapat dilihat pada pengertian sifat – sifat akhklah nabi Muhammad SAW:

  1. Sifat kejujuran.

Kejujuran ini menjadi salah satu dasar yang paling penting untuk membangun seorang pemimpin yang baik. Hampir semua usaha yang dikerjakan bersama menjadi lancar, karena adanya kejujuran. Oleh karena itu kejujuran menjadi sifat wajib bagi  Rasulullah SAW. Dan sifat ini pula yang selalu diajarkan oleh islam melalui Al-quran dan sunnah Nabi. Kegiatan yang dikembangkan didunia organisasi , perusahaan dan lembaga moderen saat ini sangat ditentukan oleh kejujuran. Begitu juga tegaknya negara sangat ditentukan oleh sifat jujur  para pemimpinnya. Ketika para pemimpinnya tidak jujur dan korup maka negara itu  menghadapi problem nasional yang berat, dan sangat sulit untuk membangkitkannya kembali.

  1. Sifat tangung jawab.

Sikap tanggung jawab juga merupakan sifat ahklaq yang sangat diperlukan untuk membangun profesionalisme. Suatu perusahaan /organisasi/lembaga apapun pasti akan hancur bila orang orang yang terlibat didalamnya tidak amanah.

  1. Sifat komunikatif.

Salah satu ciri komunikatif dan transparan. Dengan sikap komunikatif, seorang penaggung jawab suatu pekerjaan akan dapat terjalin kerjasama dengan orang lain akan lebih lancar. Ia dapat juga meyakinkan rekanannya untuk melakukan kerjasama atau melakukan visi dan misi yang dasampaikan. Sementara dengan sikap transparan. Kepemimpinan diakses semua pihak tidak ada kecurigaan, sehingga semua masyarakat anggotanya dan rekan kerjasamanya akan memberikan apresiasi yang tinggi kepada kepemimpinannya. Dengan begitu, perjalanan sebuah organisasi akan berjalan lebih lancar, serta mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak.

  1. Sikap cerdas.

Dengan kecerdasan seorang professional akan dapat melihat dan menangkap peluang dengan tepat dan cepat. Dalam sebuah organisasi, kepemimpinan yang cerdas akan cepat dan tepat dalam memahami problematika yang ada di lembaganya. Ia akan cepat memahami aspirasi anggotanya, sehingga setip peluang dapat segera dimanfaatkan secara optimal dan problem dapat dipecahkan dengan cepat dan tepat sasaran.

  1. Berfikir positif dan bersikap positif.

Berfikir positif akan mendorong setiap orang melaksanakan tugas tugasnya lebih baik. Hal ini disebabkan dengan bersikap dan berfikir positif mendorong seseorang untuk berfikir jernih dalam menghadapi setiap masalah. Khusnudzon tersebut, tidak saja ditujukan kepada sesama kawan dalam bekerja, tetapi yang paling utama adalah bersikap dan bersikap positif  kepada Allah SWT. Dengan pemikiran tersebut,seseorang akan lebih bersikap objektif dan optimistic. Apabila ia berhasil dalam usahanya tidak menjadi sombong dan lupa diri, dan apabila gagal tidak mudah putus asa, dan menyalahkan orang lain. Sukses dan gagal merupakan pelajaran yang harus diambil untuk menghadapi masa depan yang lebih baik, dengan selalu bertawakal kepada Allah SWT.

  1. Memperbanyak silaturahmi.

Dalam islam kebiasaan silaturrahim merupakan bagian dari tanda tanda keimanan. Namun dalam dunia profesi, silaturahim sering dijupai dalam bentuk tradisi lobi. Dalam tradisi ini akan terjadi saling belajar.

  1. Disiplin waktu dan menepati janji.

Begitu pentingnya disiplin waktu, al-quran menegaskan  makna waktu bagi kehidupan manusia yang telah menjadi seorang pemimpin wajib menghargai dan menggunakan waktunya dengan sebaik mungkin.

  1. Bertindak efektif dan efisien.

Bertindak efektif artinya merencanakan, mengerjakan dan mengevaluasi sebuah kegiatan dengan tepat sasaran. Sedangkan efisien adalah penggunaan fasilitas kerja dengan cukup, tidak boros dan memenuhi sasaran, juga melakukan sesuatu yang memang diperlukan dan berguna. Islam sangat menganjurkan sikap efektif dan efisien.

  1. Memberikan upah secara cepat dan tepat.

Ini sesuai dengan hadits nabi, yang mengatakan berikan upah kadarnya, akan mendorong seseorang pekerja atau pegawai dapat memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya secara tepat pula. Sementara apabila upah ditunda, seorang pegawai akan bermalas malas karena ia harus memikirkan beban kebutuhannya dan merasa karya karyanya tidak dihargai secara memadai.

Salah satu bentuk kepemimpinan dalam lembaga pendidikan islam adalah kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan.[42] karena ia merupakan pemimpin dilembaganya, Mulyasa mengatakan, kegagalan dan keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh kepala sekolah, karena mereka merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh sekolah menuju tujuannya.sekolah yang efektif , bermutu, dan favorit tidak lepas dari peran kepala sekolahnya. Maka ia harus mampu membawa lembaganya kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, ia  harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang lebih baik. Kepala sekolah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan dan pengelolaan sekolah secara formal kepada atasannya atau secara informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya.

Di negara maju kepala sekolah mendapat sebutan bermacam-macam. Ada yang menyebut guru kepala (head teacher atau head master),kepala sekolah (principal),kepala sekolah yang mengajar (teaching principal),direktur (directur),administrator, pemimpin pendidikan (educational leadership). Penyebutan yang berbeda menurut Mantja,  disebabkan adanya kriteria yang mempersyaratkan kompetensi professional kepala sekolahan. Sebagai  administrator, kepala sekolah harus mampu  mendayagunakan sumber yang tersedia secara optimal.[43] sebagai manajer, kepala sekolah harus mampu bekerjasama dengan orang lain dalam organisasi sekolah. Sebagai pemimpin pendidikan,kepala sekolah harus mampu mengkoordinasi dan menggerakkan potensi manusia untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Sebagai supervisor,kepala sekolah harus mampu membantu guru meningkatkan kapasitasnya untuk membelajarkan murid secara optimal.

Sebagai pemimpin pendidikan yang professional, kepala sekolah dituntut untuk selalu mengadakan perubahan, mereka harus memiliki semangat yang berkesinambungan untuk mencari terobosan-terobosan baru demi menghasilkan suatu perubahan yang bersifat pengembangan dan penyempurnaan.dari kondisi yang memprihatinkan menjadi kondisi yang lebih dinamis, baik segi fisik maupun akademik ,seperti perubahan semangat keilmuan,atmosfer belajar dan peningkatan strategi pembelajaran. Disamping itu, kepala sekolah juga harus berusaha keras menggerakkan para bawahannya untuk berubah ,setidaknya mendukung perubahan yang dirintis kepala sekolah secara proaktif,dinamis, bahkan progresif, sistem kerja para bawahan harus lebih kondusif, kinerja mereka harus dirangsang supaya meningkat, disiplin mereka harus dibangkitkan, sikap kerjasama mereka lebih dibudayakan, dan suasana harmonis diantara mereka lebih diciptakan. 

Pada dasarnya tugas kepala sekolah itu sangat luas dan kompleks rutinitas kepala sekolah menyangkut serangkaina pertemuan interpersonal secara berkelanjutan dengan murid, guru dan orang tua, atasan dan pihak-pihak terkait lainnya. Blimberg (1987) membagi tugas kepala sekolah sebagai berikut :[44] menjaga agar segala program sekolah berjalan sedamai mungkin (as peaceful as possible); (2) menangani konflik atau menghindarinya; (3) memulihkan  kerjasama; (4) membina para staf dan murid (5) mengembangkan organisasi, dan (6) mengimplementasi ide-ide pendidikan. Untuk memenuhi tugas-tugas diatas, dalam segala hal hendaknya kepala sekolah berpegangan  kepada teori sebagai pembimbing tindakannya. Teori in didasarkan pada pengalamannya, karakteristik normative masyarakat dan sekolah, serta iklim intruksional dan organisasi sekolah.misalnya kepala suatu madrasah harus mampu menunjukkan bahwa segala tindakan profesionalnya  sesuai dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai  Al Qur’an dan sunnah Nabi. Hal itu dapat ditempuh dengan merefleksi dan mengkontruksi uswah rasul dan para sahabat disamping mengembangkan kompetensi dan kualitas dirinya.

 

 

BAB III

PENUTUP

 

  1. KESIMPULAN

Setelah melakukan kajian di atas, kesimpulan yang ada dalam Makalah ini adalah:

  1. Ada 3 makna dasar kepemimpinan dalam al-Qur’an, yaitu Khilafah, Imam, dan Ulil Amri. Ketiganya memiliki arti kepemimpinan, namun dalam penggunaan yang berbeda. Perilaku kepemimpinan muncul karena dikotomi perdebatan; apakah seorang Pemimpin dilahirkan atau dibentuk?
  2. Pendidikan Islam harus memiliki dampak dalam pembentukan karakter, sehingga bisa melahirkan Pemimpin bagi generasi masa depan.
  3. Perilaku kepemimpinan dalam pendidikan dibagi menjadi 2 yaitu berorientasi pada stuktur dan berorientasi pada hubungan.

 

 

DAFTAR RUJUKAN

 

Al-Qardhawi, Yusuf.Tarbiyah al-Islamiyah wa Madrasah Hasan al-Banna, diterjemahkan oleh Bustani A. Gani..Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna. Jakarta : Bulan Bintang,1980

Poerwadarmanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1985

Nourthouse, Peter G., Kepemimpinan; teori dan praktek . indeks 2014

Al-Munawwar, Said Agil Husin..Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta: Ciputat Press,2002.

Anshari,Endang Saifuddin..Pokok-pokok Pikiran tentang Islam. Jakarta : Usaha Interprises, 1976.

Danim, Sudarwan..Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos. Bandung: Alfabeta,2010.

Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.

Kayo, Khatib Pahlawan. Kepemimpinan Islam dan Da’wah. Jakarta: Amzah, 2005.

Langgulung, Hasan. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. Bandung : al-Ma`arif, 1980.

Marno dan Triyo Supriyatno. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung: Refika Aditama, 2008.

Multitama Comunication. The Power of Leader: Potret Kepemimpinan Islam yang Diteladani dan Dinantikan. -: Akbar Media Eka Sarana, 2007.

N.A. Ametembun. Kepemimpinan Pendidikan. Malang: IKIP Malang,1975.

Nur Ahmad Ruyani, Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah & Iklim Organisasi Terhadap Efektivitas Sekolah “Jurnal UPI

Raharjo, M. Dawam. Ensiklopedi Al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci. Jakarta: Paramadina, 2002.

 

[1]Khatib Pahlawan Kayo, Kepemimpinan Islam dan Da’wah, (Jakarta: Amzah, 2005), h. 74

[2]Multitama Comunication, The Power of Leader: Potret Kepemimpinan Islam yang Diteladani dan Dinantikan(Akbar Media Eka Sarana, 2007), h. 100

[3] W.J.S Poerwadarmanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1985

[4] https://yohanaratihep.wordpress.com/2013/02/22/makalah-konsep-perilaku/ di akses 18 Nopember 2015

[5]N.A. Ametembun, Kepemimpinan Pendidikan (Malang: IKIP Malang, 1975), h. 1-2.

[6]Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 6

[7]M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci, (Jakarta: Paramadina, 2002), Cet. II, hlm. 349

[8]M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi…, hlm. 349

[9]Qur’an in Word

[10]Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),hlm: 197-199

[11]Al-Qur’an in Word 2010

[12]M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an… hlm. 466

[13]M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an… hlm. 466

[14]M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an… hlm. 466

[15]Al-Qur’an in Word 2010

[16]Lihat Khatib Pahlawan Kayo, Kepemimpinan… hlm. 78

[17]Danim, Sudarwan, Kepemimpinan Pendidikan… h. 8.

[18]Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 91

[19]Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika Abditama, 2008), h. 39

[20] Husaini, Manajemen Teori, hlm. 293-294

[21] Marno dan Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan, hlm. 39-40

[22] Usman, Manajemen Teori, hlm. 279.

 

[23] Marno dan Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan, hlm. 40

[24] Usman, Manajemen Teori, hlm. 280.

[25] Usman, Manajemen Teori, hlm.  295-296

 

[26] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1999), 32

[27] Yusuf al-Qardhawi, Tarbiyah al-Islamiyah wa Madrasah Hasan al-Banna, diterjemahkan olehBustani A.Gani, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna, Jakarta : Bulan Bintang, 1980, hal.39.

[28] Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung : al-Ma`arif, 1980, hal.94.

[29] Endang Saifuddin Anshari, Pokok-pokok Pikiran tentang Islam, Jakarta : Usaha Interprises, 1976,hal. 85.

[30] Nur Ahmad Ruyani, Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah & Iklim Organisasi Terhadap Efektivitas Sekolah “Jurnal UPI” h. 6

[31]Nur Ahmad Ruyani, Pengaruh… hlm. 7

[32]J. Greenberg & Baron R.A, (Behabior in Organization, Understanding and Managing the Human Side of Work (Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall, Inc, 1995), hlm. 76

[33]T.T Helbert, Dimensions of Organizational Behavior(New York: McMillan Publilshing Co. Inc, 1991), hlm. 43

[34]Owens, R.G, Organizational Behavior in Education (Boston: Allyn and Baccon, Inc, 1991), h. 65-69

[35]W.K. Hoy & C.G. Miskel, Educational Administration: Theory, Research, and Practice (3rd, ed)(New York: Random House, Inc, 1987), hlm. 25-28

[36]Made, S. 2003. Hubungan Antara Budaya Lokal (Bali) Dan Iklim Sekolah Dengan Sikap Profesional Kepala Sekolah Dasar Negeri Di Kota Denpasar, Tesis Tidak Dipublikasikan. Malang: Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

[37]Made S, Hubungan…

[38] Usman, Manajemen Teori, hlm. 293

[39] Danim, Kepemimpinan Pendidikan, hlm. 19-20.

[40] Danim, Kepemimpinan Pendidikan, hlm. 21.

[41] Danim, Kepemimpinan Pendidikan, hlm. 21-23.

[42] Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) hlm. 24

[43] Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan Manajemen Kepemimpinan Islam, terj. Anang Syafruddin dan Ahmad Fauzan, (Bandung : PT. Syaamil Cipta Media, 2004), hlm. 12

 

[44] Marno, Triyo Suppriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan, hlm. 34